Minggu, 06 Januari 2013

Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan... Mario Teguh

Sabtu, 05 Januari 2013



                                                            Jendela Rumah Sakit

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita sauatu penyakit yang yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedang pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri  dan keluarga, rumah, pekerjaan, kerlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah.Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi . Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil. Sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani keseharian dirumah sakit itu. Semangat hidupnya lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk didekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kat-kata yang indah.

Begitu seterusnya, dari hari ke hari. Dan satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air angat untuk mandi. Ia mendapati ternyat pria yang berbaring dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih  lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu,  Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, perawat meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar. Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandagan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.

“Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup” kata perawat itu.

                             Renungan:

Kita percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata adalah layaknya pemicu, yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia, dan membuat kita melakukan sesuatu. Kata-kata, akan selalu memacu dan memacu kita untuk menggerakkan setiap anggota tubuh kita, dalam berpikir, dan bertindak.

Kita percaya dalam kata-kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Dan kita telah sama-sama melihatnya dalam cerita tadi. Kekuatan kata-kata, akan selalu hadir pada kita yang percaya.

Kita percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan, kata-kata menyakitkan orang lain sebanding dengan kemuraman dan nilai yang kita terima adalah, dosa.  namun menyampaikan kebahgiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri yaitu pahala…,

Jumat, 04 Januari 2013

Bergrilya di hutan Sumbawa...


                               KISAH DARI KITAB ALLAH YANG DAHULU


Suatu ketika Rasulullah s.a.w telah ditanya tentang suhuf yang diturunkan kepada suhuf Nabi Allah Musa a.s. 
Rasulullah s.a.w berkata, "Sebahagian daripada kandungan suhuf Nabi Musa a.s :- 

1. Aku heran pada orang yang telah meyakinkan akan datangnya kematian (yakin dirinya akan mati dan ditanya tentang amalannya), tetapi mengapa mereka merasa seronok dan gembira di dunia (tidak membuat persediaan). 

2. Aku heran kepada orang yang telah meyakini akan adanya qadar (ketentuan) Allah, tetapi mengapa mereka marah-marah (bila sesuatu musibah menimpa dirinya). 

3. Aku heran pada orang yang telah meyakini akan adanya hisab (hari pengiraan amal baik dan buruk), tetapi mengapa mereka tidak berbuat kebaikan?" 

Rasulullah s.a.w ditanya pula tentang sebahagian daripada kitab Taurat, Nabi berkata, "Antara kandungannya ialah :- 

1. Wahai anak Adam, janganlah kau merasa khuatir akan kekuasaan (pangkat), selagi kekuasaanKu kekal abadi iaitu tidak akan hilang selamanya. 

2. Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami menciptakan kamu adalah untuk beribadah kepadaKu, maka dari itu janganlah kamu mensia-siakan (menghabiskan masamu untuk berhibur saja). 

3. Wahai anak Adam, Kami tidak mengira akan amalanmu yang akan dilakukan esok, oleh itu janganlah kamu cemas akan rezekimu untuk esok. 

4. Wahai anak Adam, sesungguhnya bagi kamu ada kewajipan dan ketentuan rezeki, sekalipun kamu mengabaikan kewajipanmu terhadapKu, namun Aku tidak akan mengabaikan rezeki yang telah ditentukan untukmu. 

5. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu redha pada apa-apa yang telah aku berikan kepadamu, maka kamu akan merasakan bahagia zahir dan batin. Tetapi jika kamu tidak redha dengan apa-apa yang telah Aku berikan itu, maka kamu akan dikuasai oleh dunia sehingga kamu akan melompat-lompat dan melenting kepanasan di padang pasir yang panas. Demi Keagungan dan KemuliaanKu, ketika itu pun kau tidak akan memperolehi apa-apa selain yang telah aku tetapkan, malahan engkau termasuk di dalam golongan orang yang tercela di sisiKu."

Selasa, 01 Januari 2013


Profesionalisme Dalam Bisnis Syariah

Profesional secara syariah artinya mengelola suatu perusahaan dengan amanah. Profesionalisme dalam Islam, dijelaskan dalam Alquran surat al-Qashash ayat 26. Dalam satu kisah yang sangat menarik, ketika putri Nabi Syu’aib memohon kepada ayahandanya agar berkenan mempekerjakan Musa AS sebagai sosok profesional muda yang kowi’, (profesional). ”Wahai ayahandaku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada perusahaan kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang qawi’ (profesional).” Ada dua faktor yang melekat pada diri Musa AS dalam mengelola bisnis syariah yang diamanahkan kepadanya, yaitu kejujuran dan keahliannya. Dua faktor ini merupakan kata kunci profesionalisme dalam bisnis Islami. Dalam hal kejujuran, Syekh Yusuf AlQardhawi dalam bukunya Musykilah al-Faqr wa Kaifa ‘alaa Jahala al-Islam, mengatakan al-amanah ‘kejujuran’ merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang beriman. Tanpa kejujuran, agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan berjalan baik. Karena itu, mengelola bisnis secara jujur merupakan pancaran dari nilai iman yang dimiliki seorang pebisnis. Ia tidak biasa berdusta, apalagi memanipulasi laporan. Ia juga tidak melakukan kolusi, memberi suap, KKN, dan segala macam penyimpangan lainnya, karena ini merupakan pancaran nilai-nilai kejujuran. Allah SWT menempatkan pekerja profesional, yang menerapkan nilai-nilai kejujuran dalam berbisnis pada tempat yang amat spesial. Dalam sebuah hadits Tirmidzi, Nabi bersabda, ”Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (amanah) adalah bersama para Nabi, Orang-orang yang membenarkan risalah Nabi saw (shiddiqin), dan para Syuhada (orang yang mati syahid).” Karakteristik selanjutnya tentang profesionalisme Islami adalah menempatkan seseorang benar-benar sesuai dengan keahlinya. Rasulullah dan para sahabat benar-benar mengimplementasikan nilai-nilai yang mulia ini dalam kepemimpinannya. Kita dapati Rasulullah yang mulia pernah memilih Mu’adz bin Jabbal menjadi gubernur Yaman, karena leadership-nya yang baik, kecerdasan dan akhlaknya. Beliau memilih Umar mengatur sedekah karena adil dan tegasnya, memilih Khalid bin Walid menjadi panglima karena kemahirannya dalam berperang, memilih Bilal menjaga Baitulmal karena amanah dan kelihaiannya dalam mengurus, memilih Anis sebagai eksekutor dalam hukuman karena kemampuan fisiknya, begitu seterusnya. Namun, beliau menolak Abu Dzar, karena selain fisiknya lemah, juga tidak memiliki leadership yang baik. Padahal siapa yang menyangsikan ke sholehan Abu dzar dari kalangan sahabat Nabi. Tentu, menempatan ini tidak didasari lobi karena partai, keluarga, apalagi sukuisme. Semuanya atas dasar profesionalisme. Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memberikan wewenang (amanah) kepada ahlinya.” (an-Nisa: 58). Nabi dalam hadits Bukhari, bahkan lebih jelas tentang hal ini, ”Apabila urusan (manajemen) diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” Inilah profesionalisme dalam bisnis syariah. Jika Anda seorang praktisi syariah, atau siapa saja yang ingin mengelola bisnisnya secara syariah, maka secara sederhana menerapkan prinsip profesinalisme yang Islami, paling tidak mengacu kepada dua faktor diatas. Wallahu a’lam Sumber:Republika Online 2006-07-20 13:59:57 Oleh : Muhammad Syakir Sula (Sekjen MES)